Persilangan monohibrid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gambar 1: Pola pewarisan pada fenotipe yang dominan (merah) dan resesif (putih). Pada induk yang berfenotipe dominan, salah satu alelnya
adalah alel dominan ("merah"); Namun pada induk yang berfenotipe
resesif, kedua-dua alelnya mesti alel resesif ("putih"). Pada baris (1),
kedua-dua induknya homozigos (berarti, alelnya
di setiap induk kembar sama), baik yang berfenotipe dominan
("merah"—"merah") maupun yang berfenotipe resesif ("putih"—"putih").
Pada baris (2) yaitu Generasi F1, semua keturunannya heterozigos (berarti, alelnya di setiap keturunan bersilang beda ("putih"—"merah")) dan memiliki fenotipe dominan. Sementara, pada baris (3) yaitu Generasi F2,
di sini terlihat, bahwa perbandingan antara keturunan berfenotipe
dominan dan keturunan berfenotipe resesif yaitu 3:1. Berarti,
"merah"—"merah" + "merah"—"putih" + "putih"—"merah" : "putih"—"putih"
Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari persilangan monohibrid inilah Mendel merumuskan hukum Mendel I (hukum segregasi).
Sesungguhnya pada masa hidup Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan genetik). Mendel menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet.
Rujukan
Pranala luar
- Interactive hybrid experiments
- What is Monohybrid cross? YouTube video
- King, Rita. M (2003). Biology Made Simple, A Made Simple Book, Broadway Books, NY, page 42 ISBN 0-7679-1542-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar